Ditulis Oleh: Raudhatul Husna
Suatu sore di rumah Ayya tampak sangat ramai, berdatangan saudara untuk menghadiri acara makan bersama. Ayya sedang bersantai sambil membaca buku di teras rumahnya, sementara ibu-ibu sedang menyiapkan makanan di dapur. Ayya membaca nyaring dan terdengar suaranya hingga ke dapur.
“Suara siapa itu? Siapa yang membaca?” tanya Tante Nurul.
“Itu kan Ayya yang sedang membaca, Tante. Kan cuma Ayya anak-anak di rumah ini,” jawab Kak Fia.
“Selancar itu? Benarkah?” ucap Tante Nurul.
Dengan perasan tidak percaya Tante Nurul langsung menuju ke teras rumah. Pelan-pelan beliau mendekat dan melihat Ayya yang sedang membaca terjemahan Juz Amma dengan semangat. Terlihat Ayya sedikit membungkuk. Tangannya memegangi buku dengan posisi tepat di depan matanya. Sangat dekat. Ya, hanya berjarak sekitar 3 cm. Penglihatan Ayya memang terbatas sejak lahir. Sebelah matanya tak mampu melihat dengan jelas, sementara mata kanannya dapat melihat, namun dengan bantuan kacamata.
“Masyaallah, Ayya hebat, ternyata bisa membaca dengan lancar dibandingkan anak seusianya,” ujar Tante Nurul.
“Alhamdulillah, tidak ada yang tidak mungkin, Tante. Asalkan kita selalu bersemangat dengan segala kekurangan,” ucap Kak Fia. ***